Selasa, 18 Oktober 2011

HIKAYAT


kayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kephalawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama 

Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 :
1. Cerita Rakyat
2. Epos India
3. Cerita dari Jawa
4. Cerita-cerita Islam
5. Sejarah dan Biografi
6. Cerita berbingkat



Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :
1. Melayu Asli
    Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
    Hikayat Si Miskin (bercampur unsur isl;am)
    Hikayat Indera Bangsawan
    Hikayat Malim Deman
2. Pengaruh Jawa
    Hikayat Panji Semirang
    Hikayat Cekel Weneng Pati
    Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
3. Pengaruh Hindu (India)
    Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
    Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
    Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
    Hikayat Bayan Budiman
4. Pengaruh Arab-Persia
    Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
    Hikayat Bachtiar
    Hikayat Seribu Satu Malam

Ciri-ciri Hikayat :
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah

(www.wikipedia.com)

CONTOH HIKAYAT


HIKAYAT SANG BOMA
Boma mengisahkan seorang anak bernama Boma yang tidak diketahui asal-usulnya. Boma ditemukan oleh keluarga pejabat. Sejak bayi, Boma diangkat anak oleh seorang pejabat yang bernama Suwondo—beristrikan Winda. Suatu ketika, Boma yang sudah beranjak dewasa bertengkar dengan kawannya. Penyebab pertengkaran itu karena Boma diolok-olok oleh temannya tu bahwa ia hanyalah anak angkat. Tidak terima, Boma pun berkelahi dengan temannya yang menyebabkan temannya itu tewas. Walaupun telah menewaskan orang, Boma selamat dari ancaman hukuman penjara karena dirinya anak pejabat. Setelah itu, Boma menceritakan penyebab dirinya berkelahi dengan temannya kepada ibunya. Akhirnya, ibunya bercerita bahwa Boma memang anak angkat yang ia temukan di dekat rumah.
Merasa tak dapat menerima berita menyedihkan itu, Boma meninggalkan rumah Suwondo. Boma kemudian bekerja menjadi tangan kanan seorang pejabat yang bernama Hastomo. Kekuatan Boma membuatnya menjadi alat pembunuh bagi kepentingan Hastomo. Sementara itu, Hastomo mempunyai anak angkat yang bernama Mega. Keelokan paras dan sikap Mega membuat Boma jatuh hati kepadanya. Mereka pun akhirnya menjalin kasih. Akan tetapi, diam-diam Mega mempunyai hubungan khusus dengan Sam, anak seorang yang sangat berkuasa, Kris (bos Hastomo).
Selama menjadi tangan kanan Hastomo, Boma telah banyak membuat orang terluka bahkan tak jarang hingga membuat orang-orang yang dihajarnya tewas. Suatu kali, Hastomo memanfaatkan Boma untuk membunuh Sirajudin Umbu (Sira) karena orang itu dianggap menghalangi kepentingan Hastomo. Tidak disangka, pertemuan Boma dengan Sira justru membawa jalan lain bagi Boma. Dalam pertemuan itu, Boma tidak dapat mengalahkan Sira yang ternyata juga memiliki kekuatan supranatural seperti Boma. Sira menasihati Boma agar tidak lagi menjadi alat pembunuh bagi Hastomo. Sira juga mengingatkan Boma dengan konflik batin yang selama ini dialami Boma, yaitu pencarian jati diri. Dengan sabar dan persuasif, Sira pun menaklukkan hati Boma. Boma pun kemudian berpihak kepada Sira dan memfokuskan diri untuk mencari asal-usulnya.
Pertentangan antara kedua pihak, Hastomo dan Sira membuat Kris  turun tangan. Terlebih lagi setelah Hastomo tewas oleh Boma, Kris berang dan memanfaatkan Mega untuk mencari Boma. Mega bingung, di satu sisi ia diberitahu Sam bahwa Boma, laki-laki yang dicintainya itu adalah anak Kris (saudara tiri Sam), di sisi lain Boma telah membunuh ayah angkatnya, Hastomo. Dalam pencariannya itu, Mega bertemu dengan Kapi, seorang manusia setengah kera berbulu hitam yang mempunyai kekuatan luar biasa seperti Boma. Kapi yang mempunyai kekuatan supranatural datang ke kota untuk mencari saudaranya, yang tak lain adalah Boma.
Boma yang kini berpihak pada Sira, bertemu dengan Buang dan Wage. Mereka lalu berniat melawan Kris, yang selama ini telah berlaku sewenang-wenang dan membunuh orang seenaknya demi kepentingannya. Mega dan Kapi kemudian bergabung setelah dijelaskan Sira bahwa pihak yang jahat sebenarnya adalah Kris. Mereka menyusun kekuatan untuk melawan Kris. Di saat-saat kritis, Kris memberitahu Boma bahwa ia adalah ayah kandung Boma. Boma pun bingung dan terbujuk oleh kata-kata Kris yang mengatakan bahwa ayah dan ibu angkatnya telah dibunuh orang-orang tak bertanggung jawab. Boma mengamuk, menjadi mesin penghancur dan membunuh orang-orang. Namun, Kapi berhasil menyadarkannya ketika bertarung dengan Boma. Akhirnya, bersama Kapi, Boma berbalik menyerang Kris, ayah mereka sendiri. Kedua orang itu lalu mengorbankan nyawa mereka untuk mengurung Kris ke dalam dimensi lain. Cerita pun tamat dengan informasi bahwa Mega mengandung anak Boma.

5. Penutup
Boma karya Yanusa Nugroho menceritakan kisah seorang manusia yang mencari jati dirinya. Novel ini merepresentasikan ambiguitas hakikat kebenaran. Tokoh Boma yang terinspirasi dari kisah pewayangan merefleksikan pesan bahwa ada hal yang lebih penting dibanding idealisme tentang hitam dan putihnya dunia, yaitu mana yang lebih benar dan baik demi kepentingan masyarakat. Pesan lain yang terungkap dari novel ini adalah bahwa manusia tidak berhak untuk menilai dan menghukum orang lain dengan seenaknya.

Cerita Boma sesungguhnya diangkat dari salah satu kisah pewayangan tentang Prabu Bomanarakasura. Ada dua versi asal-usul Boma. Pertama, dalamEnsiklopedi Wayang Indonesia, dikisahkan, Boma yang awalnya bernama Sitija itu lahir karena cinta yang salah antara Batara Wisnu dan Dewi Pertiwi. Ketika Wisnu bertanding dengan seorang gandarwa, Prabu Kebondanu, Wisnu rindu pada istrinya, Dewi Pertiwi. Karena rasa rindu itu, jatuhlah benihnya dan berbaur dengan keringat Kebondanu. Setelah Kebondanu tewas, raksasa itu bersumpah akan menyatu dengan benih itu. Kemudian lahirlah Boma, putra dari Batara Wisni dan Dewi Pertiwi dengan campur tangan Kebondanu. Cerita selanjutnya tentang Boma hampir sama dengan Hikayat Sang Boma.
Versi kedua, dalam Hikayat Sang Boma, diceritakan bahwa Boma merupakan anak yang dibuang (hasil hubungan Wisnu dan Dewi Pertiwi), tetapi diangkat anak oleh Batara Brahma. Karena malu mempunyai anak yang jahat rupanya, Dewi Pertiwi membuang anak itu. Namun, Boma yang diangkat anak oleh Brahma mempunyai kesaktian luar biasa. Namanya di masa muda adalah Sitija, tetapi karena ia membunuh Prabu Bomantara dan Prabu Narakasura, maka ia sering disebut Bomanakarakasura.
Sementara itu, Wisnu menitis menjadi  Prabu Krisna yang salah satu istrinya bernama Dewi Jambuwati. Dewi Jambuwati kemudian melahirkan putra bernama Samba, titisan dari Darma Dewa (dalam Ensiklopedi Wayang Nusantara disebut Batara Drema). Konflik dimulai ketika Boma secara paksa meminang Januwati[4], putri Prabu Narakasura. Ternyata, Januwati adalah titisan dari Darma Dewi (dalam Ensiklopedi Wayang Nusantara disebut Batari Dremi) yang berjodoh dengan Darma Dewa ketika di kayangan. Percintaan segitiga antara Boma, Januwati, dan Samba menyebabkan perkelahian besar sehingga dewa-dewa di kayangan pun turun tangan. Namun, karena Boma bersikap kasar dan berbuat onar di kayangan dengan menculik bidadari demi permintaan Januwati, Prabu Krisna (Wisnu) lebih memihak Samba, yang memang ditakdirkan berjodoh dengan Januwati.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar